Wednesday, November 29, 2006

Batas Kekerasan

Cuplikan berita dari Liputan6.com :

"Delapan siswa dari Sekolah Dasar Negeri Percontohan Menteng, SD Panglima Besar Sudirman, SD Islam Teladan Cijantung mengadu ke Komisi Nasional Perlindungan Anak, Selasa (28/11). Para bocah didampingi orangtua masing-masing mengadukan kekerasan yang dilakukan sejumlah guru terhadap mereka.

Para orangtua siswa tidak terima anak mereka diperlakukan kasar seperti dijemur di terik matahari, dikunci di dalam kelas atau mulut mereka diplester lantara melawan perintah guru. Mereka menilai semua tindakan itu termasuk pelanggaran terhadap Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002."

Sekilas sepertinya adalah sebuah kemajuan, bahwa orang Indonesia bahkan yang baru usia anak-anak, sekarang sudah sangat sadar hukum. Begitu merasa haknya dilanggar orang lain, mereka mengajukan pengaduan ke yang berwenang. Kemajuan yang bagus, agar setiap warga negara sadar akan batasan2 dalam melakukan satu tindakan.

Tapi coba cermati lagi cuplikan video beritanya.

Beberapa dari anak-anak itu mendapat hukuman "dijemur" karena tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru. Memang rada keterlaluan gurunya cuma nggak bisa jawab aja dijemur. Tapi hukuman jemur itu ternyata cuma 5 menit. Bukannya kalau upacara di tengah lapangan itu bisa dijemur lebih dari setengah jam yah? Sementara anak-anak yang dikunci di dalam kelas, alasannya karena mereka bikin ribut.

Lalu simak penuturan si murid yang diplester mulutnya. Si murid itu juga bikin ribut dalam kelas, lalu gurunya marah dan mengancam akan memplester mulutnya. Apa yang terjadi kemudian? si murid MENANTANG gurunya!.... dan si guru melaksanakan ancamannya. Mulut si murid pun dilakban selama 5 menit. Di detikcom, anak itu mengaku kalo mulutnya luka-luka karena lakban. Luka karena lakban bakal separah apa sih?

Bukannya aku mendukung kekerasan pada anak-anak. Dan aku mengakui juga kalo di sekolah itu memang kadang suka terjadi penghukuman yang tidak masuk akal. Tapi mbok ya jangan sampai peraturan perlindungan anak itu dijadikan senjata untuk asal menyerang orang. Murid yang dilakban itu jelas sudah melanggar batas kesopanan dengan menantang gurunya, dan masih untung sang guru tidak menampar mulut si murid. Bagaimana bisa si murid yang memicu masalah malah yang mengadukan gurunya?

Dan lagi kalau dilihat tingkat kekerasan hukumannya, menurut aku, masih belum keterlaluan dan tidak melibatkan kekerasan fisik. Bandingkan dengan nasib dari murid2 SMP Budi Waluyo yang mengalami pelecehan seksual. Kalau dihukum seperti itu saja ngadu... bagaimana mental mereka nanti yah?.. jangan2 jadi anak manja bermental tempe yang tukang ngadu :(

5 comments:

Anonymous said...

Betul tuh, batas kekerasan yg rancu, pasti LSM nya juga pake sogokan duit dulu baru mau bersuara.

Namanya juga anak-anak, ribut itu soal biasa, tapi yang seharusnya dilakukan guru adalah menempatkan dirinya sebagai seseorang yang disegani oleh murid, sehingga murid mau menurut. Kalaupun ada beberapa anak yang memberontak, toh beberapa anak tsb bisa melihat bahwa mayoritas teman2nya koq tidak ribut. Nah, membangun image yang disegani oleh murid memang tidak mudah. Daripada menghukum (negara maju sudah tau kalo hukuman itu tidak worthed, karena itu adalah cara short cut), kan lebih baik gurunya BELAJAR lagi membangun image yang kuat.

blanthik_ayu said...

perasaan dulu waktu sekolah sama yang namanya guru tuh respek banget..boro2 mau nantangin..kelaut aje :D

Anonymous said...

hukuman emang mungkin perlu, kalo si murid udah kurang ajar.
tapi banyak hukuman yg nggak perlu juga *bingung* nggak masuk akal, hanya utk menunjukkan kekuasaan aja.

contohnya ponakanku Ama (6 th, kls 1 SD), dia disetrap berdiri di depan kelas krn lupa bikin PR. itu nggak apa2, biar ortu-nya tiap hari rajin ngecek. *walaupun ngebayangin nggak tega aja hehe..*

yg nggak pas adalah hukuman lupa nggak bawa buku sesuai jadwal, di suruh pulang. bayangin aja, anak kls 1 itu kan masih diantar jemput ke sekolah. lha disuruh pulang gitu apa nggak nangis, gimana mau pulangnya? yg njemput kan belum datang. disuruh pulang sendiri kan belum tentu rumahnya dekat.
apa guru2 itu nggak sadar ya, kalau jaman skr banyak orang jahat berkeliaran.

Loopeen said...

Baru dihukum segitu aja, udah ribut..
Dasar dodol!

Jadi inget dulu, waktu smu, guruku malah adu jotos sama temenku lain kelas. Besoknya, tu guru minta keluar, pdhl temeku itu yg nantangin guruku.

Hihihihi... I've never been in a normal life, eh?

Anonymous said...

Inget gak sih jaman dulu hukumannya lebih parah?

Disabet pake gagang kemoceng, suruh berdiri depan kelas sambil megang kuping, nulis dipapan tulis / buku tulis bentuk kesalahannya sejumlah XX kali,
ortu gak ada yg protes... malah sampe rumah hukumannya ditambahin ama ortu.

Dan gw kenyang dengan semua itu. :(

Tapi koq gak ada cerita ortu ngadu ke polisi, komnas perlindungan anak, etc.

Ahhh.... anak2 sekarang memang terlalu dimanjakan.....