Tuesday, July 18, 2006

Menolak Bencana

Ketika terjadi bencana di suatu tempat, sering sekali aku mendengar pernyataan dari para tokoh terkenal yang setelah mengungkapkan keprihatinan atas apa yang terjadi, dilanjutkan dengan harapan agar tidak ada lagi bencana yang menimpa bangsa kita.

Sering juga mendengar seorang ulama berdoa dengan hikmad, memohon kepada Allah agar berkenan menghindarkan dari segala bencana...



Harapan dan doa yang menurutku tidak memijak bumi. Seperti sedang berdemo ke hadapan Allah sambil membawa plang "Tolak Bencana!!".

Karena pada kenyataannya, secara ilmiah, bumi yang kita tinggali ini sangat tidak stabil. Banyak elemen2 dalam bumi sendiri yang bisa memicu terjadi berbagai macam bencana alam. Bencana alam adalah konsekuensi logis.

Lalu secara ilahiah, bumi tampaknya memang diciptakan seperti itu untuk menjadi cobaan bagi manusia. Karena bumi bukanlah surga yang merupakan tempat sempurna tanpa kesedihan dan penderitaan. Bencana alam adalah salah satu alat untuk menguji manusia.



Bukankah Rasulullah pernah memperingatkan tentang suatu penyakit yang akan menimpa umat Muslim. Penyakit yang bernama Wahan. Yaitu cinta dunia dan takut mati. Yang membuat umat Muslim bagaikan buih di samudera, banyak tapi mudah terombang ambing kesana kemari.

Saat seseorang berdoa agar tidak tertimpa bencana, apa yang sebenarnya ia inginkan? apa yang sebenarnya ia takuti dari tertimpa bencana?... Ada banyak kemungkinan: tidak tahan menderita, tidak tahan sakit, tidak tahan menghadapi hal2 yang mengerikan, takut kehilangan keluarga, takut kehilangan rumah dan harta lainnya, takut kehilangan pekerjaan, takut tewas sia sia.

Dan jika semua kemungkinan itu boleh dirangkum, maka itu semua sebenarnya adalah bagian dari "Cinta dunia dan takut mati".



Bukankah doa menolak bencana itu sama saja dengan seorang murid yang meminta kepada kepala sekolah, memohon agar bisa diluluskan sekolah dengan nilai baik, tapi tanpa perlu menghadapi ujian?...

So, jika ingin mendapat nilai kelulusan yang baik, sudah seharusnya mempersiapkan diri menghadapi ujian. Dan dalam hal ujian kehidupan, sayangnya Tuhan tidak pernah menentukan jadwal, lokasi, dan topik ujiannya. Dapat terjadi kapanpun, dimanapun, dan apapun.

Maka bersiaplah, agar tidak takut bila sewaktu-waktu harus menghadapi kematian dan kehilangan dunia.

2 comments:

Anonymous said...

satu hal yg aku belajar dari semua itu, bahwa kita, manusia ini, tidak punya daya apapun di hadapan kebesaranNya.

Anonymous said...

bener juga mas Q..
mestinya kita bukan membawa plang besar2 menolak bencana.. mestinya kita percaya sama yang di atas.. apapun yang terjadi.

soalnya kita sebagai manusia udah keenakan berada di dunia, lupa bahwa perjalanan kita masih akan berlanjut.

jujur.. di dunia itu enak loh mas.. rasanya klo mau pindah tempat lagi koq .. males :D