Tadi pagi sambil tidur-tidur ayam (tapi gak pake ayam :P lagian apa ya hubungannya tidur-tiduran, sama ayam?) dengerin berita pagi di tivi. Iya, tivinya bukan ditonton tapi didengerin, soalnya ya itu tadi ada ayam ngejogrok di depan tivi :D jadi nggak bisa ditonton.
Hari ini 10 tahun yang lalu, gitu kata si penyiar, ada ayam... eh.... ada kejadian tragis dalam sejarah bangsa kita. 27 Juli 1996, saat markas pusat Partai Demokrasi Indonesia di jalan Diponegoro Jakarta jadi rebutan antara dua kubu. Kubu Soerjadi dan Kubu Megawati. Sekian orang tewas dan puluhan orang dinyatakan hilang sampai sekarang.
Yang menggelitik dari berita itu adalah istilah yang dipakai untuk peristiwa ini. "Kuda Tuli", alias "Kasus Dua Puluh Tujuh Juli". Kreatif sekali ya yang bikin akronim :) Sangat selaras dengan nasib dari pengusutan kasusnya sendiri yang tampaknya tidak dipedulikan lagi. Seperti kuda yang menulikan diri, tidak peduli sekian banyak orang mati dan hilang dalam kasus ini, tidak peduli sekian yang lainnya berteriak minta keadilan.
Yang jelas pada hari itu, pada saat kejadian itu, aku berada hanya sekitar 1 kilometer dari tempat kejadian. Hari itu adalah hari pertama aku mengikuti kursus bahasa Jerman di Goethe Institute Raden Saleh, Cikini.
Semuanya berjalan normal biasa saja. Kita cuma tahu kalau di Diponegoro lagi ada demo yang sudah berjalan sekian hari. Cuman demo. Kita belum tahu kalau pagi itu demo dan orasi sudah pecah menjadi bentrokan massal. Jadi kita di kelas lagi asik dengan "Ich heisse" dan "guten morgen", nggak nyadar sama sekali kalo di tempat lain yang hanya 1 km dari situ ternyata lagi ada tonjok2an. Paling cuma kedengeran ada suara sirene meraung-raung di kejauhan beberapa kali.
Pulang sekitar jam satu siang, kondisi masih aman. Meskipun sudah terasa orang2 di jalan tampak gelisah. Alhamdulillah, sampai di rumah dengan selamat.
Padahal tidak beberapa lama sesudahnya massa PDI Megawati melampiaskan kemarahannya di jalanan yang aku lewati dengan melempari bahkan membakar beberapa gedung di jalan Kramat Raya.
Minggu depannya saat berangkat kursus lagi dan melewati gedung2 yang hancur dan hitam terbakar jadi miris sendiri. Untung saja waktu itu aku langsung pulang, nggak pake ngobrol atau nongkrong di kantin berlama-lama.
Kuda Tuli, kalau bener2 kudanya sudah tuli, sia-sia banget ya korban yang berjatuhan itu...
2 comments:
lha wong yg ngusut yo melu tuli kok pakdhe, melu miris... :(
wuah.. peristiwa itu gak terekam sama skali di ingatanku. mungkin aku masih terlalu abg dan ga peduli sama koran & berita. jadi berita ttg kuda tuli baru aku denger ketika udah SMA.
Post a Comment