Monday, August 28, 2006

Seni Itu Tidak Ada yang Salah

Itulah kata yang sering aku dengar dari Bagus, sang pakar batik, saat ngajarin para muridnya pertama kali belajar membatik. "Jangan takut salah, karena dalam seni tidak ada yang salah".... huhuhuhu... bijak banget nggak seh :P

Dan memang sebenarnya kalo dipikir-pikir tidak ada penilaian benar dan salah kan dalam seni, karena setiap orang bebas berekspresi. Yang ada hanyalah disukai atau tidak disukai oleh orang lain.

Tapi lalu bagaimana kalau ada karya seni yang tidak bisa dilihat hanya dalam konteks seni? ....

Pertanyaan ini muncul setelah akhir minggu kemaren aku ikutan dalam acara diskusi buku Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Secara umum banyak yang memuji novel tersebut. Tapi banyak yang mengembel2i pujiannya dengan kritikan. Banyak yang mempertanyakan sejumlah bagian dalam novel yang jika dipikir2 terasa tidak logis alur ceritanya.

Andrea Hirata berterima kasih atas semua kritik itu, dan mengakui ketidak-telitiannya dalam menulis. Namun saat ditanya apakah ia akan merevisi novelnya?... dengan tegas dia bilang: "TIDAK". Dia menginginkan novel itu tetap seperti apa adanya sekarang, agar orang tahu bahwa dalam usahanya menghasilkan sebuah karya, dia berproses dan menjadi lebih matang dengan melakukan kesalahan2. Dan itulah karya otentik yang telah ia buat.

Yah, dalam hal sebuah karya seni berupa novel yang kisahnya bukan kisah absurd atau surealis, mau nggak mau akan ada penilaian dari segi logika yang sesuai dengan realitas. Review2 yang selama ini aku tulis, juga sering menyoroti soal logika cerita. Kalo nggak masuk akal bakal aku serang habis2an :D

Tapi entah kenapa, saat membaca Sang Pemimpi, aku rasanya hanyut dan terhipnotis oleh emosi setiap kisahnya. Detil dan logika cerita yang nggak nyambung dan banyak dikritik orang sama sekali tidak aku pedulikan. Aku baru sadar adanya ketidaklogisan itu saat mendengar orang lain mengulasnya. Dan aku nyaris berkata: "ah, sudahlah... itu nggak terlalu penting kan? Nikmati sajalah keindahan ceritanya...".

Padahal di review untuk Laskar Pelangi, aku begitu bawel menguliti satu demi satu ketidak-logisan dari cerita yang ditulis Andrea Hirata. Dan sampai sekarang tetep nggak rela kalau Laskar Pelangi dipuji2 terlalu tinggi :P

Entahlah, kenapa bisa timbul standar ganda gini ya?
...... *bingung*

Sunday, August 13, 2006

Belajar Merelakan

Malam minggu kemaren jam sepuluhan. Aku baru turun ... eh nggak turun sih, wong tingginya sama... baru keluar... ah ya... aku baru keluar dari busway. Jarang-jarang pulang jam segini, maklum.. anak rumahan gitu loh :P. Meninggalkan halte busway aku harus melalui jembatan penyeberangan yang panjaaaaaang... berliku-liku... menurun dan mendaki... (benar2 hidup yang penuh cabaran kata Irvan :D) ... dengan menyisakan bunyi berisik "gubrak – gubrak – gubrak – gabruk" di atas lempeng2 aluminium penutup jembatan.

Sambil ber"gubrak"2 menyusuri jembatan, aku merogoh tasku. Mencari hape. Kali aja selama perjalanan tadi ada miss sms, atau miss call, atau miss universe nyapa aku... :D Sepanjang hari tadi hape aku taruh di tas di saku bagian depan, biar gampang ngambilnya. Saat tanganku menyentuh saku depan... loh .. kok resletingnya terbuka? ... wah! ... aku masukkan tanganku ke dalam ... lah!

HAPEKU ILANG!!
lemes....

"Gubrak-gubrak" pun melemah menjadi "brug.... brug.... brug"... ah.. hari yang naas....

Sudahlah, mau diapain lagi. Udah ilang mau dicari kemana, barang sekecil itu?.

Dengan tambahan energi dari kekesalan atas keteledoranku sendiri, kembali aku ber"gubrak2" menuruni bagian terakhir jembatan penyeberangan. Pasti kejadiannya di dalam busway nih. Busway tadi lumayan penuh, aku duduk berdesakan di bagian belakang. Tasku aku taruh di pangkuan, dan tanganku aku taruh di atasnya. Jago banget tuh orang sampe bisa ngambil... Tadi kayaknya orang di sebelah kiriku sempet bergerak-gerak aneh gitu. Dia juga sempet sok akrab nanya2 beberapa hal... kayaknya buat pengalih perhatian.

Hhhh... agak berat nih kalo nggak punya hape. Wah, harus merelakan tabungan untuk beli hape lagi.. :( ... hape yang itu kan baru setahun lebih dikit umurnya... oh ya, kan bisa pake cicilan dari kartu kredit? ... Jatah tidur hari minggu besok harus dipotong dikit nih buat mampir toko hape ... asik juga sih, bisa punya hape baru :D

Untung aku udah pernah back-up address book dari hape ini ke komputer. Udah beberapa bulan yang lalu sih back-up nya, pasti nomer2 baru belom ada disana. Entar bisa nanya lah dari temen yang lain, yang nomernya nggak ilang. Ato nanya via email kan juga bisa.

Nomer hapeku sendiri mudah2an masih bisa diselamatkan. Lumayan cantik nomernya dan udah banyak yang tahu pula. Susah kalo harus ngrubah nomer hape. Besok harus ke tempat provider itu juga nih.

Lain kali kalo lagi di jalan naik kendaraan umum, hape harus dimasukkan ke tas bagian dalam deh. Nekat2 banget para kriminal Jakarta ini.

Nggak ada penyesalan dan kekecewaan yang terlalu dalam. Biasa aja ternyata aku menghadapi kejadian ini. Nggak sampe lemes selayaknya orang kehilangan barang berharga. "Ya udah, mo diapain", itu yang ada di pikiranku.

Nyampe rumah, masuk kamar. Aku buka tasku untuk mengeluarkan dvd dan vcd hasil belanja di glodok tadi siang. Mengagumi belanjaanku sebentar :P ... aku buka tasku lagi... eh.... kok di saku dalam keliatan ada yang menyala...

HAPEKU NGGAK ILANG!!

Hihihihi... senangnya! :P
Segala skenario ribet yang sudah repot2 aku susun sepanjang jalan menuju rumah untuk kondisi darurat ini pun langsung bubar jalan :)

Tapi paling nggak aku udah belajar bagaimana merelakan sesuatu ... ;)

Saturday, August 05, 2006

Firman? Steven?

Malem2 naik bis kota yang tidak terlalu penuh. Aku duduk di kursi berjajar dua yang masih kosong. Duduk di yang dekat jendela biar bisa sambil liat pemandangan malam kota Jakarta. Sebelum masuk tol, bis berhenti sejenak di tempat yang biasa jadi tempat menunggu para calon penumpang. Sejumlah penumpang pun naik. Seorang laki2 berkacamata seumuran duduk di sebelah ku.

Sepanjang tol, aku melihat2 keluar jendela. Orang di sebelahku terkantuk-kantuk sampai kejedot sandaran kursi depan :D. Sekian menit kemudian bis keluar dari tol. Orang di sebelahku kayaknya udah seger setelah bisa tidur beberapa menit.

Tiba-tiba aku dengar dia nanya ke arahku..
"Mas, situ namanya Firman?"
Aku menoleh, memastikan dia nanya itu ke aku.
"Oh, bukan", jawabku dengan tersenyum ramah tapi setengah cuek.
"Oh, mirip sama teman saya..."
Aku cuma tersenyum lebar dan kemudian kembali melihat ke jendela.
Orang itu kayaknya malu udah salah tebak, dia lantas pindah ke kursi lain yang kebetulan kosong...

***

"Steven..?"
Aku lagi bergantungan di tengah mikrolet yang lumayan penuh.
"Steven..!?"
Melelahkan juga hari ini.
"Steven ya!??"

Aku menengok ke arah suara, mana sih si Steven yang rada budek dipanggilin nggak nyahut2 itu. Dari arah si penanya aku melihat seorang cewek mendekap buku tebal. Mulutnya masih setengah terbuka, tandanya dia yang tadi bertanya. Dan matanya menatap ke arahku...

"Bukan..", jawabku sambil tersenyum kecut.
"oh.. maaf"

***

Beberapa kali waktu aku berkenalan dengan orang yang jelas2 aku belum pernah ketemu, setelah saling menyebut nama, orang tersebut bertanya dengan ramah:

"Kayaknya kita pernah ketemu?"...

***

Bukannya menyesali takdir
Bahwa ternyata
Mukaku ini...
*hiks*

pasaran...

*huwaaaaaaa!!!.. * :((

But plissss...
Don't ask that kind of question!
Don't you know how it hurts, when somebody finds out that he is not a unique human being anymore?

Also, it may make him start wondering,
"Do I have separated twin brothers?" *too much soap opera*
or worse, "Am I just a clone!??" *what a sci-fi!*



ps.
Don't write a comment that you also have a friend that looks like me!!

Thursday, August 03, 2006

Nomor 18

"Adam Jordan dan Nina Sakina terlibat cinta lokasi saat syuting FTV.
Dian Sastro selingkuh, kepergok lagi jalan sama anak pejabat.
Ulfa bakal cerai lagi karena ketahuan sering ke pengacara."

Itulah isi dari acara gosip pagi-pagi di TV tadi pagi. Gara-gara masih males mo mandi, males beranjak dari kasur, dan remote nun jauh dari jangkauan. Maka tercemar lah indera-inderaku oleh yang namanya infotainment yang bener-bener sama sekali jelas-jelas totally completely NGGAK PENTING babar blas!! *banting2 guling*

Ketiga gosip itu terang saja dibantah mentah2 oleh para pelakunya. Adam dan Nina bilang ini pertama kali mereka satu produksi, dan kedekatan mereka sebatas saling mengenal agar lebih nyaman berlakon. Dian Sastro bilang tidak kenal sama si anak pejabat, dan orang yang mergokin dia kayaknya salah liat orang.

Eeeerrgggh... kurang kerjaan banget sih yang bikin gosip?
Dan selalu kemudian mereka melafalkan dalil suci kebangsaan mereka "tidak ada asap kalau tidak ada api".... ggrrrhhhh.....*garuk2 tembok*

Tapi ya tidak ada produksi jika tidak ada peminat. Acara sampah yang sama sekali tidak memberi nilai tambah seperti itu ternyata banyak sekali peminatnya *lirik suster golda :P*. Dan selanjutnya bikin gosip nggak mutu ternyata menjadi sumber pendapatan dan menyerap banyak tenaga kerja. Hebat sekali dunia kita ini ya.

Info yang mereka sajikan... menyedihkan. Saat mereka membeberkan fakta yang memang benar terjadi saja, sudah bikin risih karena mengorek-orek kehidupan pribadi orang. Apalagi kalo info itu ternyata dicari-cari, dibikin-bikin sekedar biar ada berita, seperti contoh di atas. Pantaslah kalo ada ulama yang sampai merasa berkepentingan untuk melarangnya.

Perbuatan mereka itu tidak jauh beda seperti orang-orang yang getol menyebarkan berita bohong tentang prediksi bencana ke masyarakat luas, yang seneng banget ngeliat orang lain panik. Syukurlah orang2 yang ini sudah mulai dilacak dan diperiksa oleh aparat karena dianggap menimbulkan keresahan di masyarakat.

Dan mereka itu sebenernya adalah orang-orang yang kecanduan sensasi! merasa hebat kalau bisa menciptakan sensasi di hadapan orang lain. Nggak peduli sensasi itu bener atau enggak, yang penting bisa merasa hebat di depan orang lain...


Tau nggak?
Ibunya si Ikal, tokoh di novel Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi, sering menasehati Ikal bahwa, "Gila itu ada 44 macam. Semakin kecil nomornya, semakin parah gilanya".

Dan kecanduan sensasi adalah PENYAKIT GILA NOMOR 18!!! :P